Senin, 07 Maret 2011

CIBADUYUT

Pusat perbelanjaan sepatu cibaduyut adalah pusat penjualan sepatu terpanjang di dunia, dimana di lokasi tersebut merupakan sentra hasil kreasi para pengrajin yang ilmu pembuatannya didapat secara turun temurun, pada tahun 1989 pemerinatah RI meresmikan Cibaduyut ini sebagai daerah tujuan wisata. Atas dasar ini pendiri toko memberanikan diri bersaing dengan ratusan kompetitor sejenis untuk berusaha dalam bidang persepatuan banyak para pengunjung yang berasal dari luar kota Bandung yang komposisi dari para pengunjung adalah 70% dari luar Bandung dan 30% dari kota Bandung itu sendiri. Saat ini perkembangan wisata belanja di kota Bandung cukup pesat perkembangannya.   

Pusat perbelanjaan sepatu cibaduyut adalah pasar penjualan sepatu terpanjang di dunia, dimana di lokasi tersebut merupakan sentra penjualan sepatu hasil kreasi para pengrajin yang ilmu pembuatannya didapat secara turun menurun, pada tahun 1989 pemerintah R.I meresmikan cibaduyut ini sebagai daerah tujuan wisata. Atas dasar ini Pendiri Toko sepatu Oval memberanikan diri bersaing dengan ratusan kompetitor sejenis untuk berusaha dalam bidang persepatuan. Oval didirikan Oleh Bapak H. Sambas Sulaeman.
Pada Awalnya pendiri hanyalah pedagang kecil yang memiliki kios ukuran 2x3 m di pasar kosambi, namun seiring perkembangan dan jerih payah, Usahanya mulai menampakkan hasil, dan dengan modal pengalaman dan jam terbang di bidang per-sepatuan, pendiri mulai dalam memberanikan diri bersaing di pangsa pasar yang lebih besar, yaitu Cibaduyut.
Setelah Oval berjalan selama 5 tahun, pada tahun 1994, Oval mengalami musibah Kebakaran yang menghanguskan seluruh bangunan beserta isinya, yang mengakibatkan Pendiri mengalami kerugian yang cukup besar, namun dengan semangat dan pantang menyerah dan pemikiran bahwa semuanya akan kembali kepadaNya.
Dengan tekad untuk maju dan berkembang, serta tanggung jawab akan keluarga dan para karyawan yang telah setia dan bekerja keras membangun bisnis ini, setahun kemudian Oval kembali berdiri dengan lebih kokoh, besar dan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dari sebelumnya. Tepat pada tahun 1995, Oval mulai kembali beroperasi, dan memiliki cabang di jl. Pasteur, cihampelas, jl. A.Yani, kuningan Ujung pandang, jakarta dan tanggerang, pada saat itu Oval diresmikan oleh walikota bandung, yang pada saat itu dipegang oleh Bapak Ateng Wahyudi.
Mulai saat itu Oval lebih dikenal luas di luar daerah, bahkan sampai keluar pulau jawa, banyak para pengunjung yang berasal dari luar kota bandung, yang komposisi dari para pengunjung adalah 70 % dari luar bandung dan 30% dari kota bandung itu sendiri. Saat ini perkembangan wisata belanja di kota bandung cukup pesat perkembangannya, sehinngga Oval merasa perlu untuk menyikapi kebutuhan dari konsumen itu sendiri, yaitu membuat Factory outlet.
Oval berlokasi di Jl. Cibaduyut 142 Bandung  


Sepatu Cibaduyut



SENTRA industri sepatu Cibaduyut telah dikenal sejak lama. Tak hanya dikenal di Bandung, tapi juga melanglang hingga ke luar kota. Beberapa pengusaha bahkan sempat mendapat pesanan dari luar negeri. Ini menandakan kualitas sepatu Cibaduyut setara dengan produk negara lain.
Hanya saja, daya tarik produk Cibaduyut tak melonjak drastis. Perkembangannya bisa dikatakan stagnan. Namun produk Cibaduyut tak lekang oleh waktu. Pengalaman memberikan pelajaran berharga. Karena pengalaman itu pula, perajin sepatu di sana sering kebanjiran order, termasuk dari kalangan produsen asal Bandung dan Jakarta.
Sepatu buatan Cibaduyut sebetulnya sudah banyak dipakai berbagai kalangan. Hanya saja, jika memakai label “Made in Cibaduyut”, nyaris tak banyak peminat. Konsumen lebih menyukai sepatu dengan merek asing yang terdengar lebih trendi dan up to date. Padahal, sepatu dengan merek terkenal kenyataannya banyak yang dibuat di sini.
Sepatu Cibaduyut merupakan salah satu dari sekian contoh produk dalam negeri. Produk yang memiliki kekuatan lainnya adalah tekstil. Sudah sejak lama, Indonesia memiliki produk berkualitas untuk diserap pasar luar negeri. Misalnya polyester asal Indonesia termasuk lima besar terbaik di dunia. Salah satu pabrik penghasil polyester terbesar juga ada di Jabar.
Sayangnya, kedua produk ini dan juga produk asal Indonesia lainnya juga tak berkembang. Indonesia justru kebanyakan bisa menjual bahan baku. Lalu setelah diolah di negara lain dan menjadi produk, konsumen malah menyukai produk tersebut.
Selain lantaran masalah klasik, misalnya tak memiliki mesin canggih untuk bersaing, juga karena karakter konsumen Indonesia yang lebih menyukai produk luar negeri merek terkenal, ketimbang produk dalam negeri dengan merek tak begitu dikenal.
Produk dalam negeri seperti sepatu Cibaduyut atau jins Cihampelas kian melorot karena serbuan produk luar. Dengan berbagai model dan harga yang murah, kini menjadi pilihan masyarakat. Tak sedikit kemudian perajin yang berjualan produk luar karena pasarnya besar.
Di tengah kondisi inilah, pemerintah mencoba membantu dengan menerbitkan Permendag No. 56/M-DAG/PER/12/2008 tentang ketentuan impor lima produk konsumsi, yakni alas kaki, garmen, produk elektronik, mainan, serta makanan dan minuman. Pasalnya, produk-produk inilah yang diimpor paling banyak secara ilegal.
Aturan ini sedikit memberi napas bagi produsen karena bisa menggairahkan industri lokal serta mengurangi barang impor yang memang banyak beredar. Kendati begitu, beberapa pengamat pesimistis dengan proteksi tersebut. Negara lain yang biasanya masuk akan berpikir cara lain untuk tetap memasukkan barangnya ke Indonesia.
Pasalnya, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar. Tak heran banyak pengusaha luar negeri berani membayar mahal untuk dapat memasarkan barangnya di negeri ini.
Sebagian pengamat menilai, selain aturan tersebut, pemerintah juga harus memberi fasilitas lain bagi produsen dalam negeri. Antara lain penyediaan mesin canggih yang terjangkau untuk membantu meningkatkan daya saing produk. Dengan kualitas produk yang baik, tentunya pasar dalam negeri yang memang sangat besar bisa diraih. (*)

Pusat Perbelanjaan Cihampelas



Kesemarakan Kota Bandung akibat bertebarannya FO (factory outlet) dari tahun ke tahun makin menjadi. Di jalan-jalan besar tampaknya keramaian tak sempurna jika tak ada FO. Salah satu kawasan wisata yang banyak memiliki FO belakangan ini adalah Cihampelas.
Popularitas Cihampelas sebagai kawasan perdagangan jins pun berubah menjadi kawasan FO. Para pelancong pun mulai akrab dengan sebutan itu. Tak aneh jika setiap libur panjang atau akhir pekan, warga Jabodetabek yang berdatangan ke Cihampelas bukan lagi bermaksud memburu busana berbahan jins yang kualitasnya bagus dan harga terjangkau, melainkan memburu beragam pakaian jadi sisa ekspor yang ada di sejumlah FO di sana.
Perubahan-perubahan di kawasan Cihampelas memang drastis dalam satu dasawarsa terakhir. Kalau sepuluh tahun lalu kawasan Cihampelas melulu diwarnai tempat perdagangan busana jins, kini selain hotel dan kafe, mal-mal yang dilengkapi tempat-tempat wisata kuliner juga bermunculan di daerah utara Kota Bandung itu.
Akibatnya, kalau 10 tahun lalu pelancong lebih banyak menyerbu kawasan Alun-Alun Kota Bandung yang perkembangannya dinilai monoton, kini salah satu lokasi yang mendapat rekomendasi banyak pelaku industri wisata di Bandung adalah Cihampelas. Rekomendasi itu bermunculan karena setiap akhir pekan kawasan Cihampelas dipadati pelancong yang sekaligus bermaksud memburu jins dan busana sisa ekspor lainnya di FO.
"Pokoknya, keberadaan Cihampelas membuat Bandung makin diperhitungkan sebagai kota mode. Magnet Cihampelas begitu kuat bagi pelancong asal Jakarta, Depok, Banten, Bekasi, dan Bogor. Lihat saja, kendaraan-kendaraan yang berjubel di jalan-jalan sekitar Cihampelas pada akhir pekan didominasi kendaraan bernomor polisi daerah Jabodetabek. Apalagi, jarak tempuh Bandung-Jakarta cuma sekitar 2 jam melalui Cipularang. Kenyataan itu di satu sisi membuat Cihmpelas jadi semrawut, tetapi di sisi lain tetap saja menarik untuk dikunjungi," ujar Nadine Tri Duhita, salah seorang wisatawan lokal asal Bekasi yang mengaku tiap bulan piknik ke Cihampelas.
Wisatawan lainnya menuturkan, sensasi Cihampelas bisa dilihat dari tampilan busana jins yang ditawarkan. Selain bervariasi dan kualitasnya bagus, harganya juga terjangkau. Selain itu, dekorasi yang dipajang setiap toko pun sangat beragam dan nyeni. Bahkan di antaranya ada dekorasi toko yang sengaja memasang tokoh-tokoh kartun jagoan dunia seperti Superman dan Spiderman. Pemasangan tokoh-tokoh itu tiada lain sebagai daya tarik bagi para pengunjung.
Kawasan Cihampelas memang unik. Wali Kota Bandung Dada Rosada mengakui, Cihampelas merupakan kawasan potensial bagi usaha pengembangan Bandung dan juga sebagai kota wisata. Namun, Dada Rosada menilai perkembangan dan penataan kawasan wisata Cihampelas berjalan "pincang". Perkembangan Cihampelas lebih cepat dibanding upaya penataannya.
Karena itu, kawasan Cihampelas sebagai area wisata belanja Kota Bandung perlu pembenahan. Kawasan Jalan Cihampelas memang tidak dimonopoli oleh FO dan pusat perbelanjaan. Di sana pun ada fasilitas pendidikan seperti SMA Negeri 2 Bandung, SMA 2 dan 8 Pasundan. Ada juga fasilitas kesehatan, Rumah Sakit Advent.
Selain itu ada pula permukiman penduduk. Maka aktivitas masyarakat di Cihampelas menjadi beragam. Itu terjadi sebagai akibat dari adanya aktivitas usaha dan berkembangnya kawasan Cihampelas menjadi kawasan wisata belanja.
Jika dibandingkan dengan jalan lain di Kota Bandung, Jalan Cihampelas utama lebih sempit. Sebagai konsekuensi Cihampelas menjadi salah satu kawasan wisata belanja, kemacetan parah pun kerap terjadi. Bisa begitu karena selain tidak disiplinnya angkutan umum yang "seenak udel" berhenti di sembarang tempat di Jalan Cihampelas, juga akibat keterbatasan ruang parkir.
Pemerintah Kota Bandung dan dinas pariwisata setempat memang sedang memutar akal untuk menyiasati kemacetan tersebut. Namun, hingga kini berbagai jurus yang sudah diterapkan masih saja dinilai belum mampu mengatasi soal kemacetan Cihampelas.
Kawasan Cihampelas kerap juga dinilai sebagai contoh kawasan yang berkembang di luar perencanaan Pemerintah Kota Bandung. Kawasan Cihampelas saat ini mulai memperlihatkan tanda-tanda akan menjadi kawasan niaga tekstil dan produk tekstil sejak 1980-an, dimana sekarang tumbuh Pusat perbelajaan Cihampleas Walk (Ciwalk) sebagai pusat perbelanjaan yang modern dan menjadi trend masa kini.


Perkebunan Belimbing



Sejak 29 Oktober 2007, belimbing menjadi salah satu ikon Kota Depok. Alasannya, pohon belimbing sangat cocok dengan kondisi tanah di wilayah Depok. Apalagi, Depok juga sudah dikenal sebagai pusat perkebunan belimbing.

Saat ini di Depok, ada sekitar 600 petani belimbing yang tersebar di enam kecamatan. Mereka memiliki lahan antara 500 meter hingga 3 hektar.

Untuk diketahui, lahan seluas 500 meter hanya bisa ditanami 16 hingga 20 pohon. Karena keterbatasan lahan inilah, upaya pengembangan belimbing di Depok menjadi tidak maksimal.

Belimbing yang berasal dari Depok memiliki banyak keungulan. Selain rasanya manis, warnanya juga menarik (kuning kemerahan) dan ukurannya cukup besar. Tiap buah memiliki berat antara 150 gram–350 gram.

Belimbing Depok bisa dipanen tiga kali dalam setahun. Hasilnya mencapai 6.300 ton per tahun.






1 komentar: